Kamis, 14 Februari 2008

Komentar 1

Saya memiliki tanggapan yang positif terhadap jurnal yang Bapak buat dengan tajuk " Pemnelajaran Kalimat Bahasa Indonesia dengan Pola Spiral pada Pendidikan Guru Sekolah Dasar ", yakni :
  1. Saya setuju dengan pemilihan pembelajaran melalui pola spiral yakni pola dari yang termudah ke tersusah. Saya menilai dengan pola spiral ini merupakan salah satu implementasi tokoh pendidikan ( dalam hal ini Bapak sebagai salah satu pencetak calon-calon guru SD ) untuk menyuksesekan upaya pemerintah, dalam program pendekatan pembelajaran dengan menggunakan model tematik, yakni hierarkhis. Pengertian hierarkhis dan pola spiral ini sama yakni sesuatu yang berurutan secara logis, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang mudah ke yang susah, dan dari yang dekat ke yang jauh. Pengajaran secara hierarkhis atau pola spiral ini sangat cocok sekali digunakan dalam proses pembelajaran anak-anak SD karena dilihat dari aspek psikologis di dalam hal menginterpretasi dan beradaptasi dengan segala sesuatu yang dianggap baru untuk mereka harus selalu dimulai dari sesuatu yang sederhana ( mudah ) melangkah ke yang lebih kompleks. Di dalam implementasi pembelajaran tematik, guru menganut dan mempraktekan pola ini sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan antusias karena siswa merasa pelajarannya seimbang dengan pola pemikirannya. Singkatnya, pola spiral seperti ini sangat bagus diterapkan dalam pembelajaran anak SD karena bersifat gradual ( tahap ke tahap ).
  2. Di dalam jurnal Bapak pun langsung dibahas kompetensi yang menjadi basic dalam penguasaan bahasa, yakni penguasaan kalimat aktif-pasif, penguasan kalimat berdasar kategori predikat, penguasaan pola kalimat, dan kalimat majemuk.
  3. Menampilkan serta mengulas beberapa pendapat para ahli dan mengambil salah satu yang dianggap paling baik untuk dijadikan pegangan. Dengan banyaknya pendapat para ahli tersebut, kita bisa mempelajari kembali pendapat dari para ahli sebagai tambahan pengetahuan.
  4. Saya sangat antusias sekali mempelajari hasil jurnal Bapak, Bapak bersikap terbuka dan universal. Untuk menentukan pendapat siapa yang paling mudah dipahami. Contohnya saja dalam kalimat berdasarkan kategori kata, Bapak menampilkan dua pendapat yakni menurut Chaer- Parera dan menurut Badudu. Namun, dalam konteks pembelajaran Bapak lebih memilih Badudu karena dianggap lebih mudah untuk dipahami. Sedangkan dalam pembelajaran kalimat majemuk lebih memilih pendapat Moeliono.
  5. Pembelajaran mengenai kalimat aktif-pasif memberi saya suatu pencerahan baru. Selama sembilan tahun, saya mengira jika kalimat aktif dengan pola S P O dipasifkan maka polanya berubah menjadi O P S, dan ternyata itu salah. Hal ini mengingatkan saya pada soal USM STAN, saat itu tersedia soal pilihan ganda memasifkan kalimat. Kalimatnya sama persis dengan yang Bapak contohkan pada jurnal Bapak, yakni SAYA MEMBELI BUKU. Dalam pilihannya, tidak tercantum BUKU DIBELI OLEH SAYA, tetapi dalam salah satu pilihan ada kalimat BUKU SAYA BELI. Karena saya mengira kalimat BUKU SAYA BELI berpola O S P berarti jawaban itu salah, akhirnya beberapa soal yang serupa saya lewat mengingat konsekuensi dalam USM STAN, salah berarti berkurang satu poin. Melalui materi ini, saya menjadi paham ternyata setiap kalimat aktif yang dipasifkan polanya bukan O P S melainkan S P karena objek berubah menjadi kata keterangan.
  6. Pembelajaran kalimat majemuk menurut Moeliono ini memang sangat relatif mudah karena dibantu dengan pengajaran konjungsi. Sehingga dapat membantu anak-anak SD untuk menentukan apakah kalimat majemuk ini setara, bertingkat, dan sebagainya.
  7. Cara mengajar Bapak dalam materi ini pun sangat detail dan mudah dipahami karena didukung dengan kesabaran Bapak membahas kembali melalui contoh-contoh kalimat beserta polanya. Padahal Bapak pun tahu sudah lebih dari enam tahun kami mempelajari pola kalimat walaupun ternyata masih ada kekeliruan. Bapak pun memberikan pengetahuan tambahan mengenai peraturan posisi kata, misalnya: kata keterangan bisa disimpan dimana saja dan lain sebagainya.